Pandan Wangi


Nama Spesies    : Pandanus amaryllifolius Roxb.
Nama lokal          : Pandan Wangi
Deskripsi              :

     Pandan wangi adalah satu-satunya spesies dari genus Pandanus yang memiliki daun beraroma harum karena kebanyakan menghasilkan buah yang dapat dimakan. Habitus dari tumbuhan ini berupa herba, sehingga tumbuhan ini tumbuh seperti semak yang tumbuh tergeletak di tanah. Tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb. ini bersifat perennial yang artinya tumbuhan ini adalah tumbuhan menahun yang bisa hidup lebih dari dua tahun. Pandan wangi ini ada yang berbatang tinggi ada juga yang berbatang rendah. Jika berbatang tinggi bisa berkisar dari 2-5 meter. Jika berbatang rendah dapat dilihat seperti pada gambar x, yang tingginya hanya sekitar 0,5-1,5 meter (Blancke, 2016 ; Chooi, 2008 ; Staples & Kristiansen, 1999).

     Akar dari pandan wangi adalah serabut karena dia adalah tumbuhan monokotil. Namun, semakin tua dia akan memunculkan akar udara atau akar tunjang yang muncul dari pangkal batang . Batangnya terbagi menjadi 2 jenis pokok, yang tinggi dan yang rendah. Batang yang tinggi (2-5 meter) biasanya tegak dan memiliki diameter sekitar 15 cm dengan percabangan yang sedikit dan jarang. Pada batang yang tinggi, akar penunjangnya menonjol dan berfungsi untuk menyangga tumbuhan tersebut beserta banyak akar udara. Batang yang rendah (0,5-1,5 meter) biasanya memiliki diameter 2-5 cm dengan sistem batangnya yang terbentang di tanah dengan ujung yang melengkung ke atas. Batang yang rendah ini banyak menghasilkan akar udara. Daunnya hijau dan akan selalu hijau. Oleh karena itu disebut daun yang evergreen  (artinya hijau abadi). Daun pandan wangi ini tidak berduri sehingga memiliki permukaan yang halus, namun pada bagian apex (puncak) terdapat sedikit yang menyerupai duri. Pada tipe yang tinggi, daunnya bisa sepanjang 150-220 cm dengan lebar 7-9 cm. Pada tipe yang rendah, daunnya sepanjang 25-75 cm dengan lebar 2-5 cm. Pada permukaan bawah (abaksial) warnanya hijau keabuan, sedangkan pada permukaan atas (adaksial) berwarna hijau tua. Daunnya sejajar dan memanjang dengan tepi yang rata dan ujung daun yang meruncing. Daun-daunnya tersusun secara spiral. Buah dan biji tumbuhan ini tidak diketahui karena Pandan Wangi dikenal sebagai tumbuhan yang tidak berbuah. Bunganya pun tidak diketahui atau dikenal tidak berbunga kecuali pada tumbuhan asalnya (di Maluku). Namun untuk tipe yang besar, ada satu jambak bunga jantan yang terdokumentasi dan terdapat pada daerah asalnya yaitu di Maluku. Untuk tumbuhnya sendiri menggunakan proses vegetatif dengan cara memotong batangnya. Proses tumbuh secara vegetatif membuat Pandan Wangi (khususnya tipe rendah) tidak ditemukan di alam liar melainkan banyak ditemukan di daerah-daerah domestik (Peter, 2012 ; Ravindran, 2017 ; Blancke, 2016 ; Chooi, 2008 ; Hidayat & Napitupulu, 2015).

Gambar 1. a) Tumbuhan pandan wangi pokok kecil b) Daun pandan wangi c) Batang dan akar udara pandan wangi.

Habitat dan Distribusi :

     Pandan Wangi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dan cukup lembab dan teduh dengan ketinggian yang rendah (500 mdpl). Tumbuhan ini berasal dari Malaysia, Indonesia, dan Papua Nugini. Tumbuhan ini memerlukan iklim yang tropis. Pandan Wangi ini kemudian secara luas dibudidayakan sebagai tumbuhan perkarangan atau kebun rumahan di daerah Asia, khususnya di Asia Tenggara seperti India dan Sri Lanka dan Asia Timur seperti Cina (Blancke, 2016).

Kegunaan/Peran :

     Bagian dari Pandan Wangi yang biasanya dipakai adalah bagian daunnya. Bagian daunnya mengeluarkan aroma harum. Aroma tersebut dimanfaatkan dalam masakan-masakan khususnya di daerah Asia Tenggara, dimana pandan dipakai untuk memasak nasi sehingga beraroma lebih sedap. Tidak hanya nasi, pandan juga dipakai sebagai perasa untuk minuman, es krim, kue, roti, dan makanan penutup lainnya (Blancke, 2016).

      Tidak hanya sebagai pemberi aroma dan perasa, daun pandan diketahui mengandung essential oil dimana 6-42%-nya mengandung sesquiterpenes dan hidrokarbon, 6% lainnya mengandung linalool. Untuk sumber aroma pandan ada pada 10% bagian minyak tersebut yang mengandung komponen aromatik, 2-acetyl-1-pyrroline. Minyak esens inilah yang memiliki peran sebagai pencegah serangga. Lalu linalool dalam kandungannya juga bermanfaat sebagai pembunuh kuman. (Peter, 2012 ; Chooi, 2008).


     Selain itu, beberapa penyakit juga dapat diobati menggunakan Pandan Wangi ini. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya adalah rematik, pegal linu, dan lemah saraf. Selain itu, aromanya yang menyenangkan bisa menenangkan dan mengatasi gelisah. Ternyata, selain daunnya, akarnya yang mengandung asid 4-hidrobenzoik dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kandungan gula dalam darah dan juga meningkatkan glikogen pada hati (Hidayat & Napitupulu, 2015 ; Chooi, 2008).

Klasifikasi :

Menurut Ravindran (2017), klasifikasi Pandan Wangi adalah sebagai berikut.
Kingdom              : Plantae
Subkingdom         : Viridiplantae
Infrakingdom        : Streptophyta
Divisi                    : Tracheophyta
Subdivisi               : Spermatophytina
Kelas                    : Liliopsida
Ordo                     : Pandanales
Famili                   : Pandanaceae
Genus                   : Pandanus
Subgenus              : Kuria
Spesies                 : Pandanus amaryllifolius

Binomial               : Pandanus amaryllifolius Roxb.


Referensi :

Blancke, R. (2016). Tropical Fruits and Other Edible Plants of The World : An Illustrated Guide. Itacha: Cornell University Press.
Chooi, O. H. (2008). Rempah-ratus: Khasiat Makanan & Ubatan. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd.
Hidayat, S., & Napitupulu, R. M. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo (Penebar Swadaya Grup).
Kubitzki, K. (1998). The Families and Genera of Vascular Plants Volume III : Flowering Plants, Monocotyledons, Lilianae (except Orchidaceae). Hamburg: Springer.
Peter, K. V. (2012). Handbook of herbs and spices, Second Edition : Volume 2. Philadelphia: Woodhead Publishing.
Ravindran, P. N. (2017). The Encyclopedia of Herbs & Spices. Boston: CABI.
Staples, G. W., & Kristiansen, M. S. (1999). Ethnic Culinary Herbs : A Guide to Identification and Cultivation in Hawai'i. Honolulu: University of Hawai'i Press.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepaya